KECEMASAN
a. Definisi Kecemasan
Ramaiah
(2003) menyatakan kecemasan adalah hasil dari proses psikologi dan
proses fisiologi dalam tubuh manusia. Kecemasan, tidak sama dengan rasa
takut sekalipun memang ada kaitannya. Kecemasan ialah menunjukkan
reaksi terhadap bahaya yang memperingatkan orang ” dari dalam ” secara
naluri bahwa ada bahaya dan orang yang bersangkutan mungkin kehilangan
kendali dalam situasi tersebut.
Prasetyono
(2007) menyatakan kecemasan adalah penjelmaan dari berbagai proses
emosi yang bercampur baur, yang terjadi manakala seseorang sedang
mengalami berbagai tekanan-tekanan atau ketegangan (stress) seperti
perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik batin). Perasaan
cemas dapat timbul oleh karena dua sebab, pertama dari apa yang disadari
seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa bersalah atau merasa
terancam, dan sebagainya. Secara singkat cemas itu timbul karena
seseorang tidak mampu menyesuaikan diri baik terhadap dirinya sendiri,
dengan orang perseorangpun maupun terhadap lingkungannya
.
.
b. Penyebab Kecemasan
Penyebab kecemasan menurut (Stuart, 2006) adalah :
1) Faktor predisposisi
(a) Teori Psikoanalitik
Menurut
pandangan psikoanalitik, kecemasan terjadi karena adanya konflik
emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma budaya.
Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya.
(b) Teori Interpersonal
Menurut
pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga
berhubungan dengan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah
mengalami kecemasan yang berat.
(c) Teori Behavior
Berdasarkan
teori behavior (perilaku), kecemasan merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.. Ahli teori perilaku lain menganggap ansietas sebagai
suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri
untuk menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa
individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada kehidupan ketakutan
yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan
selanjutnya. Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan
antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan
timbal balik antara konflik dan ansietas : konflik menimbulkan ansietas,
dan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya
meningkatkan konflik yang dirasakan.
(d) Teori Perspektif Biologis
Kesehatan umum seseorang menurut pandangan biologis merupakan faktor prediposisi timbulnya kecemasan.
(e) Teori Perspektif Keluarga
Gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga, ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi.
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari kecemasan adalah meliputi (Stuart, 2006):
(a) Ancaman Integritas Fisik
Ancaman
ini meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan
kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
(b) Ancaman Sistem Diri
Ancaman sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegarasi pada individu.
c. Gangguan Kecemasan
Menurut Maslim (2001) gangguan kepribadian kecemasan dengan ciri-ciri, yaitu :
1) Perasaan tegang dan takut yang menetap.
2) Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain.
3) Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai.
4) Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik.
Menghindari
aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
d. Tanda dan Gejala Gangguan Kecemasan
Menurut Ramaiah (2003) adapun tanda dan gejala kecemasan yang umum terjadi yaitu :
1) Kejengkelan Umum
Rasa
gugup, jengkel, tegang dan rasa panik. Rasa cemas berkepanjangan bahwa
suatu bencana yang tidak jelas segera menyerang menyebabkan tidak dapat
tidur dan selama siang hari mudah merasa lelah.
2) Sakit Kepala
Ketegangan
otot, khususnya di kepala, di daerah tengkuk dan di tulang punggung,
mungkin menyebabkan sakit kepala atau rasa tidak enak atau denyut-denyut
kesakitan. Rasa sakitnya mungkin terdapat di belakang kepala, di
atasnya, atau di sebelah depan.
3) Gemetaran
Sekujur tubuh gemetaran, khususnya di lengan dan tangan.
4) Aktivitas Sistem Otonomik yang Meningkat
Fungsi-fungsi tubuh seperti pernafasan, pencernaan makanan, denyut jantung, dan sebagainya dinamakan “fungsi otonomik”
karena berfungsi secara mandiri tanpa pengaruh dari luar. Kecemasan
dapat meningkatkan aktivitas sistem otonomik ini karena itu menyebabkan
keringat bercucuran (khususnya di
telapak
tangan ), serta memanas dan memerahnya wajah. Kadang-kadang mulut
menjadi makin kering atau air liur makin banyak di mulut.
e. Tingkatan Kecemasan
Kecemasan mempunyai berbagai tingkatan (Stuart, 2006) menggolongkan sebagai berikut :
1) Kecemasan Ringan
Berhubungan
dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang
menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Pada tingkatan ini
lahan terdorong untuk belajar dan akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas.
2) Kecemasan Sedang
Memungkinkan
seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan
yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan
demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat
berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
3) Kecemasan Berat
Sangat
mengurangi lahan persepsi individu. Individu cenderung untuk memusatkan
pada sesuatu yang nterinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada
area lain.
4) Tingkat Panik
Tingkat
ini persepsi terganggu. Individu sangat kacau, hilang kontrol, tidak
dapat berfikir secara sistematik dan tidak dapat melakukan apa-apa
walaupun sudah diberi pengarahan.
f. Respon terhadap Kecemasan
Respon terhadap kecemasan menurut (Stuart, 2006) meliputi :
1) Respon fisiologis
(1.1) Sistem kardiovaskuler : Palpitasi, menigkatnya
tekanan darah, rasa mau
pingsan, nadi menurun.
(1.2) Sistem pernafasan : Nafas cepat dan pendek,
rasa tertekan pada dada, nafas dangkal,perasaan tercekik, terengah-engah.
(1.3) Sistem neuromuskular : Refleks meningkat, reaksi
terkejut mata berkedip-
kedip insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang, kelemahan secara umum.
(1.4) Sistem gastrointestinal : Kehilangan nafsu makan,
rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, diare,
menolak makan.
(1.5) Sistem urinary : Tidak dapat menahan
kencing, sering kencing
(1.6) Sistem integumen : Wajah kemerahan, rasa
dingin pada kulit, wajah
pucat, berkeringat seluruh
tubuh.
2) Respon perilaku
Kelelahan, ketegangan fisik, tremor, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, melarikan
diri dari masalah, gelisah, reaksi terkejut, menarik diri dari hubungan
interpersonal, menghindar, hiperventilasi, dan sangat waspada.
3) Respon kognitif
Gangguan
perhatian, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian,
penurunan lapang persepsi, penurunan kreativitas, kebingungan, takut
cedera atau kematian, bingung, kesadaran diri, takut kehilangan kendali,
kehilangan objektivitas, preokupasi, mimpi buruk dan takut cidera atau kematian.
4) Respon afektif
Gelisah,
tidak sabar, tegang, waspada, mudah terganggu, katakutan, mudah
tersinggung, gugup, malu, rasa bersalah, kengerian, kekhawatiran,
kecemasan dan mati rasa.
g. Cara Mengukur Kecemasan
Untuk
mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan,
sedang, berat, atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrumen)
yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A).
Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala dengan masing-masing
kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.
Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4
dengan penilaian sebagai
berikut :
Nilai 0 : tidak ada gejala (tidak ada gejala sama sekali)
Nilai 1 : gejala ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
Nilai 2 : gejala sedang (separuh dari gejala yang ada)
Nilai 3 : gejala berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)
Nilai 4 : gejala berat sekali ( semua gejala ada)
Masing-masing
nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan,
dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan
seseorang, yaitu angka (score) < 6 = tidak ada kecemasan, 6-14 =
kecemasan ringan, 15-27 = kecemasan sedang, > 27 = kecemasan berat
(Nursalam, 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar