}

Kamis, 10 Desember 2015

KECEMASAN

KECEMASAN



a.        Definisi Kecemasan
      Ramaiah (2003) menyatakan kecemasan adalah hasil dari proses psikologi dan proses fisiologi dalam tubuh manusia. Kecemasan, tidak sama dengan  rasa takut sekalipun memang ada kaitannya. Kecemasan ialah menunjukkan reaksi terhadap bahaya yang memperingatkan orang ” dari dalam ” secara naluri bahwa ada bahaya dan orang yang bersangkutan mungkin kehilangan kendali dalam situasi tersebut.
      Prasetyono (2007) menyatakan kecemasan adalah penjelmaan dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi manakala seseorang sedang mengalami berbagai tekanan-tekanan atau ketegangan (stress) seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik batin). Perasaan cemas dapat timbul oleh karena dua sebab, pertama dari apa yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa bersalah atau merasa terancam, dan sebagainya. Secara singkat cemas itu timbul karena seseorang tidak mampu menyesuaikan diri baik terhadap dirinya sendiri, dengan orang perseorangpun maupun terhadap lingkungannya
.
b.        Penyebab Kecemasan
Penyebab kecemasan menurut (Stuart, 2006) adalah :
1)        Faktor predisposisi
(a)    Teori Psikoanalitik
       Menurut pandangan psikoanalitik, kecemasan terjadi karena adanya konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
(b)   Teori Interpersonal
       Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami kecemasan yang berat.

(c)    Teori Behavior
      Berdasarkan teori behavior (perilaku), kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.. Ahli teori perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada kehidupan ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik antara konflik dan ansietas : konflik menimbulkan ansietas, dan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan. 
(d)   Teori Perspektif Biologis
      Kesehatan umum seseorang menurut pandangan biologis merupakan faktor prediposisi timbulnya kecemasan.
(e)    Teori Perspektif Keluarga
      Gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga, ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi.
2)        Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari kecemasan adalah meliputi (Stuart, 2006):
(a)    Ancaman Integritas Fisik
      Ancaman ini meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
(b)   Ancaman Sistem Diri
Ancaman sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegarasi pada individu.
c.         Gangguan Kecemasan
Menurut Maslim (2001) gangguan kepribadian kecemasan dengan ciri-ciri, yaitu :
1)      Perasaan tegang dan takut yang menetap.
2)      Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain.
3)      Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai.
4)      Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik.
Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.


d.        Tanda dan Gejala Gangguan Kecemasan
Menurut Ramaiah (2003) adapun tanda dan gejala kecemasan yang umum terjadi yaitu :
1)      Kejengkelan Umum
Rasa gugup, jengkel, tegang dan rasa panik. Rasa cemas berkepanjangan bahwa suatu bencana yang tidak jelas segera menyerang menyebabkan tidak dapat tidur dan selama siang hari mudah merasa lelah.
2)      Sakit Kepala
Ketegangan otot, khususnya di kepala, di daerah tengkuk dan di tulang punggung, mungkin menyebabkan sakit kepala atau rasa tidak enak atau denyut-denyut kesakitan. Rasa sakitnya mungkin terdapat di belakang kepala, di atasnya, atau di sebelah depan.
3)      Gemetaran
Sekujur tubuh gemetaran, khususnya di lengan dan tangan.
4)      Aktivitas Sistem Otonomik yang Meningkat
Fungsi-fungsi tubuh seperti pernafasan, pencernaan makanan, denyut jantung, dan sebagainya dinamakan “fungsi otonomik” karena berfungsi secara mandiri tanpa pengaruh dari luar. Kecemasan dapat meningkatkan aktivitas sistem otonomik ini karena itu menyebabkan keringat bercucuran (khususnya di
telapak tangan ), serta memanas dan memerahnya wajah. Kadang-kadang mulut menjadi makin kering atau air liur makin banyak di mulut.
e.         Tingkatan Kecemasan
       Kecemasan mempunyai berbagai tingkatan (Stuart, 2006) menggolongkan sebagai berikut :
1)      Kecemasan Ringan
      Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Pada tingkatan ini lahan terdorong untuk belajar dan akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2)      Kecemasan Sedang
      Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
3)      Kecemasan Berat
      Sangat mengurangi lahan persepsi individu. Individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang nterinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada area lain.
4)      Tingkat Panik
      Tingkat ini persepsi terganggu. Individu sangat kacau, hilang kontrol, tidak dapat berfikir secara sistematik dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan.
f.         Respon terhadap Kecemasan
Respon terhadap kecemasan menurut (Stuart, 2006) meliputi :
1)      Respon fisiologis
(1.1) Sistem kardiovaskuler          :   Palpitasi, menigkatnya  
                                                             tekanan darah, rasa mau       
                                                                                        pingsan, nadi menurun.
(1.2) Sistem pernafasan                 :   Nafas cepat dan pendek,
rasa tertekan pada dada,    nafas dangkal,perasaan tercekik, terengah-engah.    
 (1.3) Sistem neuromuskular         :  Refleks meningkat, reaksi 
                                                         terkejut mata berkedip-
kedip insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang, kelemahan secara umum.

(1.4)   Sistem gastrointestinal         :  Kehilangan nafsu makan,
rasa tidak nyaman pada                   abdomen, mual, diare,
menolak makan.
(1.5)   Sistem urinary                      : Tidak dapat menahan
kencing, sering kencing
(1.6)   Sistem integumen                 : Wajah kemerahan, rasa
                                                         dingin pada kulit, wajah
                                                         pucat, berkeringat seluruh
                                                         tubuh.
2)      Respon perilaku
      Kelelahan, ketegangan fisik, tremor, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, melarikan diri dari masalah, gelisah, reaksi terkejut, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghindar, hiperventilasi, dan sangat waspada.
3)      Respon kognitif
Gangguan perhatian, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, penurunan lapang persepsi, penurunan kreativitas, kebingungan, takut cedera atau kematian, bingung, kesadaran diri, takut kehilangan kendali, kehilangan objektivitas,  preokupasi, mimpi buruk dan takut cidera atau kematian.

4)      Respon afektif
      Gelisah, tidak sabar, tegang, waspada, mudah terganggu, katakutan, mudah tersinggung, gugup, malu, rasa bersalah, kengerian, kekhawatiran, kecemasan dan mati rasa.
g.        Cara Mengukur Kecemasan
      Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat, atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala dengan masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4 dengan penilaian sebagai
 berikut :
Nilai 0 : tidak ada gejala (tidak ada gejala sama sekali)
Nilai 1 : gejala ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
Nilai 2 : gejala sedang (separuh dari gejala yang ada)
Nilai 3 : gejala berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)
Nilai 4 : gejala berat sekali ( semua gejala ada)
      Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan, dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu angka (score) < 6 = tidak ada kecemasan, 6-14 = kecemasan ringan, 15-27 = kecemasan sedang, > 27 = kecemasan berat (Nursalam, 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar